Dilema Keberadaan Angkutan Umum Dan Ojek Online

Catatan M Nurman, S.Sos, Ketua LSM PPLHI (Pemerhati Pembangunan dan Lingkungan Hidup Indonesia)

Kota Bogor – Kehadiran Ojek On-Line, seperti: Grab, tidak dapat dihindari, sejalan dengan era komunikasi teknologi dan globalisasi dunia. Saat ini Ojek On-Line telah melekat dihati masyarakat luas, dan menjadi alternatif pilihan transfortasi umum, mengingat menggunakan Ojek berbasis On-Line ini lebih murah, cepat, dan nyaman.
Namun kehadiran Ojek On-Line diduga telah berpengaruh terhadap menurunnya penghasilan sopir angkutan konvensional. Hal ini sebagai salah satu penyebab seringnya terjadinya bentrokan dibeberapa daerah akhir-akhir ini, antara angkot konvensional dengan angkutan berbasis on-line. Hari ini 20/3/2017 juga di Kota Bogor, terjadi demo sopir angkot terhadap ojek On-line, bahkan terjadi bentrokan fisik antara kedua belah pihak. Harusnya Pemerintah pusat dan daerah segera mencarikan solusi permasalahan ini.
Di Kota Bogor, permasalahan angkot sudah sejak lama belum juga terselesaikan, dalam kondisi lesu penghasilan sopir angkot, yang antara lain disebabkan adanya kemudahan memiliki kendaraan roda dua, kehadiran ojek online, Pemkot Bogor malah mau mengadakan bus angkutan umum, jelas ini akan membuat mati angkot di Kota Bogor. Pemkot Bogor harus nya mempertimbangkan semua aspek kehidupan masyarakat, bukan hanya permasalahan kemacetan, tetapi juga permasalahan ekonomi masyarakat khususnya nasib sopir angkot harus diperhatikan.
Kalau angkot dianggap salah satu penyebab kemacetan dan akan diganti dengan bus angkutan umum, harusnya angkot di Kota Bogor dihapus saja secara bertahap, namun mereka harus diberi kompensasi penggantian trayek, karena nilai trayek sebuah angkot jauh lebih mahal dibandingkan nilai kendaraan angkot, termasuk sopir angkotnya juga harus diberi kompensasi, sehingga dari dana kompensasi itu, bisa dijadikan modal usaha yang lain. (admin)