Berita Terbaru
Terungkap, Ini Penyebab Kecelakaan di GT Ciawi Bogor

BOGOR – Wadirlantas Polda Jawa Barat Kombes Pol Edwin Affandi mengungkapkan hasil penyelidikan terkait kecelakaan maut di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2 yang menewaskan delapan orang dan melukai sebelas lainnya.
Dari hasil investigasi, terungkap bahwa sopir truk bermuatan galon berinisial BW (30) melakukan tiga pelanggaran utama, yaitu melebihi batas kecepatan, mengemudikan kendaraan secara tidak wajar, dan melanggar aturan daya angkut.
Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), rekaman CCTV, serta keterangan saksi, diketahui bahwa sebelum kecelakaan terjadi, truk melaju dengan kecepatan antara 90 hingga 100 km/jam. Padahal, batas kecepatan di jalur tersebut adalah 80 km/jam.
Selain itu, lanjut Kombes Edwin, CCTV menunjukkan bahwa pengemudi mengemudikan kendaraan secara zig-zag di beberapa lajur tol.
“Kami telah melakukan analisis menggunakan Traffic Accident Analysis (TAA) dan simulasi kecelakaan. Ditemukan bahwa saat kejadian, kecepatan kendaraan mencapai 100 km/jam,” ujar Kombes Pol Edwin Affandi.
Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut, kata Kombes Edwin menunjukkan bahwa truk tersebut mengalami kelebihan muatan sekitar 12 ton. Seharusnya, kendaraan hanya mengangkut 12 ton, namun saat kecelakaan terjadi, beban yang dibawa mencapai 24 ton.
Selain itu, hasil pengecekan sistem pengereman menunjukkan bahwa kondisi rem sudah tidak sesuai standar pabrik. Terdapat beberapa komponen yang mengalami kerusakan akibat penggunaan, termasuk tromol dan kampas rem yang tidak lagi optimal. Akibatnya, daya cengkeram rem berkurang, sehingga kendaraan sulit dikendalikan saat harus mengurangi kecepatan.
“Dengan kelebihan muatan dan daya cengkeram rem yang lemah, kendaraan menjadi sulit dikendalikan saat perlambatan. Ini menjadi salah satu faktor utama penyebab kecelakaan,” jelasnya.
Dari hasil pemeriksaan di TKP, kendaraan ditemukan dalam kondisi terbakar. Setelah dilakukan pengecekan oleh ATPN dan Dinas Perhubungan, diketahui bahwa saat kecelakaan terjadi, persneling truk berada dalam posisi netral.
Dari hasil pemeriksaan, Sopir mengaku bahwa sebelum kecelakaan, ia berusaha menurunkan gigi ke posisi lebih rendah, namun mengalami kendala teknis.
“Persneling sempat macet, sehingga tidak bisa dipindahkan ke gigi lebih rendah dan akhirnya terkunci di posisi netral,” ujarnya. (Riza)
-
Berita Terbaru4 minggu ago
Beredar Surat Tim Transisi Dedie-Jenal, Mulai Dari Pengumpulan Semua Pejabat Sampai Minta Konsumsi Rapat
-
Berita Terbaru2 minggu ago
Biskita Transpakuan Belum Kembali Beroperasi, Ini Permasalahannya
-
Berita Terbaru3 minggu ago
Gelar Kolokium di Bogor, Burhanuddin Minta PPP Aktif di Medsos
-
Berita Terbaru2 minggu ago
Jaga Lingkungan dan Ekosistem, Ratusan Siswa SMK Kehutanan dan PKBM Bakti Nusa Tanam Pohon