Berita Terbaru
Wamen LH ke Brasil, Bagikan Kisah Sukses Aksi Iklim dari Kampung di Indonesia

Brasilia – Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH) Diaz Hendropriyono memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan BRICS High Level Meeting on Climate Change and Sustainable Development yang digelar di kantor SERPRO, Brasilia, Brasil, pada Rabu (28/5/2025).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan tingkat Wakil Menteri Lingkungan Hidup dari negara-negara anggota BRICS. Dubes RI untuk Brasil Edi Yusup turut hadir dalam konferensi tersebut.
Dalam forum tersebut, Diaz membagikan kisah sukses aksi iklim berbasis masyarakat yang telah diterapkan di berbagai kampung di Indonesia. Ia menekankan bahwa Indonesia terus meningkatkan komitmen perubahan iklim kepada dunia.
“Presiden kami, Prabowo Subianto, juga telah mengumumkan bahwa Indonesia akan mencapai Net Zero Emission 10 tahun lebih cepat, dari 2060 menjadi 2050, atau sama seperti Brasil,” kata Diaz di hadapan para delegasi negara-negara anggota BRICS.
Untuk itu, peran masyarakat dan aksi iklim di tingkat tapak sangat dibutuhkan guna mencapai target tersebut.
“Sebagai negara dengan lebih dari 83 ribu desa, Indonesia menempatkan masyarakat lokal bukan sekadar sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai aktor utama dalam strategi perubahan iklim nasional.” tegas Diaz.
Dalam kesempatan tersebut, Diaz memaparkan dua program unggulan Indonesia dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang melibatkan langsung masyarakat desa, yakni Desa Mandiri Peduli Mangrove dan Program Kampung Iklim (Proklim).
Desa Mandiri Peduli Mangrove adalah inisiatif dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang mendorong desa untuk secara sukarela mengelola dan melindungi ekosistem mangrove.
“Warga desa menerima manfaat ekonomi dari melindungi mangrove, seperti pengembangan ekowisata, silvofishery, dan akuakultur. Selain itu, program ini juga signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujarnya.
Program kedua yang juga disorot Diaz adalah Proklim, program unggulan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang mendorong aksi iklim di tingkat tapak. Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan masyarakat lokal terhadap dampak perubahan iklim serta mengurangi emisi GRK.
“KLH memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap desa yang mendapat kategori Proklim. Kampung yang memiliki label Proklim ini dapat lebih mudah mendapatkan dukungan sponsor atau pendanaan dari sektor swasta melalui CSR,” jelasnya.
Diaz juga membagikan kisah sukses dari tiga desa yang telah mendapatkan rating Proklim Lestari, yakni Desa Tugurejo di Semarang, Jawa Tengah; Muara Rapak di Balikpapan, Kalimantan Timur; dan Desa Bodeyan di Sukoharjo, Jawa Tengah.
“Masing-masing desa memiliki ancaman bencana akibat perubahan iklim, namun mereka juga memiliki langkah mitigasi dan adaptasi yang sesuai dengan kondisi serta keunggulan masing-masing,” ungkapnya.
Sejak diluncurkan tahun 2011, Proklim telah menjangkau 11.289 desa di seluruh Indonesia dan berpotensi mengurangi emisi sekitar lebih dari 2,5 juta ton CO2e.
Menanggapi paparan Diaz, Chair dari pertemuan tingkat Wamen tersebut Hugo do Valle Mendes mengaku sangat terkesan dengan program Proklim yang ada di Indonesia.
“Semangat aksi kolektif dari masyarakat untuk mencapai ketahanan iklim yang ada pada Proklim merupakan penggambaran konkret dari mutirão (gotong royong dalam budaya lokal Brasil),” ujar penasehat Menteri LH Brasil tersebut. (Redaksi)
-
Berita Terbaru4 minggu ago
Aklamasi, Agus Ubeng Pimpin CALSIC Chapter Bogor Raya Periode 2025-2027
-
Berita Terbaru3 minggu ago
SMKN 3 Kota Bogor Gelar Karya, Rayakan Kelulusan dan Kreativitas Siswa
-
Berita Terbaru3 minggu ago
Dihadiri Wamen Pertanian, IPB Luncurkan Tiga Inovasi Bidang Teknologi Pertanian
-
Berita Terbaru4 minggu ago
Komisi IV DPRD Kota Bogor Tinjau Dapur MBG Sekolah Bina Insani Pasca Kejadian Keracunan Makanan