Berita Arsip
Nasionalisme Bukan Basa-Basi
Nasionalisme Tidak Kenal Batas
Catatan Sugeng Teguh Santoso, S.H.
(Sekretaris Jendral Perhimpunan Advokat Indonesia dan Ketua Yayasan Satu Keadilan).
Bogor – Menghormat pada Bendera Merah Putih tidaklah identik sikap musrik, menduakan Tuhan dan menjadikan Merah Putih sebagai berhala seperti difahami oleh kelompok-kelompok kepercayaan radikal tertentu.
Penghormatan pada Bendera Merah putih saat Upacara Bendera adalah moment untuk kita mengingat histori usaha panjang para orang tua, kakek nenek, nenek moyang kita para Pejuang Persatuan Indonesia untuk berjuang bersatu diatas realitas keperbedaan etnik, bahasa, kultur dihamparan luas Nusantara.
Orang tua, kakek nenek, nenek moyang kita dan para pejuang syuhada tidak sedang memberhalakan Bendera Merah Putih, mereka semua membutuhkan simbol yang bisa mempersatukan simbol yg padanya secara bersama sama menyatukan diri mereka untuk bersedia mati agar terwujud Nasional Indonesia pada hamparan Nusantara. Dalam pencarian simbol tersebut mereka merujuk Majapahit yang pada abad 12 masehi bisa mempersatukan nusantara, dan simbol itu salah satunya adalah Bendera Merah Putih yg berkibar pada tiang tiang tertinggi kapal-kapal Majapahit yg menjelajah sampai ujung Nusantara.
Pada simbol bendera merah putih itu tersimpan ribuan cerita, kisah pejuang yg berkorban untuk Indonesia merdeka. Bendera Merah Putih yang dimaknai berani dan suci terekam sejarah kepahlawan para pejuang tak dikenal yang mati ditiap jengkal tanah. Mereka yang berbeda beda agama, etnik, bahasa telah berkalang tanah, dengan tidak diketetahui dimana jasadnya.
Pengorbanan diri sebagai suatu kesadaran dan harga yg harus dibayar untuk melahirkan negara Indonesia itulah nasionalisme kita. Berkorban dengan harapan akan ada negara yg melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, melindungi setiap orang apapun keyakinan dan agamanya, etniknya, bahasanya, melindungi penganut kepercayaan parmalim, sunda wiwitan, kristen, islam, hindu, budha, konghucu, syiah, ahmadyah, ratusan kepercayaan lokal lainnya, melindungi orang batak, tionghoa, jawa, sunda, madura, papua, dayak dan lain-lain etnik, memberikan hak yg sama pada mereka tanpa didiskriminasi, memberikan kesejahteraan yg sama tanpa disiskriminasi, mencerdasakan anak-anak mereka dengan hak yg sama. Oang-orang yang kurang beruntung tidak memiliki tanah pada perkotaan tidak digusur demi penataan kota, itulah Nasionalisme kita, Nasionalisme yg kita inginkan bagi diri kita.
Jika kita melihat foto anak-anak kita dipedalaman Kalimantan yang sedang menghormat bendera merah putih dengan kaki terendam air sampai lutut, apakah itu tidak menggetarkan kita ? Jika hati kita bergetar, maka kita memiliki roh Nasionalisme yg sama, spirit untuk mau berkorban agar mereka bisa melakukan upacara bendera tanpa harus terendam kaki, lalu siapakah yang harus mengambil tanggung jawab utama ini ?
Sementara kita bicara Nasionalisme, bendera merah putih sebagai simbol bangsa, para Politisi kita sedang mengatur siasat masing-masing dengan meninggalkan akal sehat dan nilai-nilai kenegarawanan untuk berebut kuasa. Rakyat hanya menjadi deretan angka-angka suara pemilih pada bilik-bilik pemilihan, rakyat hanya pelengkap kampanye yang dikira bisa dibeli suaranya.
Rakyat bukan subyek yang dilayani, yang padanya seharusnya politisi itu menghamba. Ketika kuasa digenggam, maka rakyat hanya menjadi kepentingan kesekian dibanding yang para pemilik modal. Para pemilik modal akan diundang sebagai tamu yang terhormat, para pemilik modal yg mengambil porsi ratusan juta hektar bumi kita dengan menyisakan sedikit untuk rakyat diperlakukan istimewa, rakyat yg hanya memiliki sepetak tanah garapan untuk hidup digusur atas nama Penataan Kota. Ini bukan Nasionalisme yang kita mau, ini adalah pengkhianatan atas usaha-usaha para pendiri Negara yang menginginkan melindungi segenap bangsa Indonesia.
Masih dalam suasana hari Kesaktian Pancasila, saya mengajak seluruh pembaca merumuskan kembali nasionalisme seperti apa yg kita mau. (admin)
Salam Pancasila.
-
Berita Populer4 weeks ago
Hanif Faisol Minta Laboratorium Kementerian LH/BPLH Harus Terintegrasi Dan Tersebar
-
Featured4 weeks ago
Menteri LH Hanif Faisol Bakal Stop Impor Sampah Plastik, Importir Bandel Akan Ditindak Tegas
-
Entertainment2 weeks ago
Promo KTP Diperpanjang, Masuk The Jungle Hanya 50 Ribuan
-
Editorial3 weeks ago
Pastikan Ujicoba Jalur Pipa Bogor Barat Berjalan Mulus, Direksi Tirta Pakuan Cek Debit dan Tekanan Air
Login dulu untuk mengirim komen Login