Kota Bogor – Event Sundown marathon yang digelar di Kota Bogor, mendapat sorotan tajam sejumlah pihak. Olahraga lari yang dilakukan sejak dini hari hingga pagi hari ini, dan didukung penuh oleh Walikota Bogor Bima Arya dan Pemerintah Kota Bogor, sehingga jajaran birokrat PNS Pemkot Bogor banyak yang ikut ikutan berlari, dinilai oleh berbagai pihak sebagai kegiatan yang tidak sesuai menggambarkan real kondisi Kota Bogor. Jarak tempuh puluhan kilometer dengan mengitari sejumlah kawasan di Kota Bogor, bertolak belakang dengan kenyataannya.
Pengamat Politik dan Hukum, Sugeng Teguh Santoso mengatakan, Walikota Bima Arya mengadakan kegiatan bogor sundown runner adalah politik kosmetik untuk menutup bopeng bopeng pembangunan yang menjadi kewajiban dasarnya. Bopeng bopeng tersebut adalah masalah terminal Baranangsiang yang tidak tuntas tuntas, sarana / infrastuktur lingkungan pemukiman, sanitasi buruk, pemukiman yang pengab dengan lorong sempit. Ancaman longsor pada warga yang tinggal di lereng lereng bukit dan DAS, sampah pemukiman yang tidak ada tata kelolanya dan dibuang ke sungai.
“Ini permasalahan riel yang sebenarnya harus diatasi dan menjadi tanggung jawabnya bersama dengan wakil walikota. Penyelenggaran acara Lari ini juga dikritik oleh wakil walikota. Maknanya kegiatan olahraga lari ini adalah kegiatan pribadi Walikota. Inipun menujukan bahwa Kota Bogor kehilangan kepemimpinan karena pemimpinnya sudah tidak kompak, jalan masing masing. Pejabat pejabat lain yg ikut hanya ikut ikutaan saja,” tegasnya.
Kalau sudah begini, lanjut Sugeng, para birokrat PNS Pemkot Bogor bisa menjadi korban. Akan banyak pejabat yang ikut ikutan dengan Walikota hanya untuk pencitraan dan menjadi penjilat. “Tentu saja kepemimpinan tidak sehat akan berimbas kepada bawahannya. Penjilat penjilat atau hanya sekedar di pandang baik oleh atasan akan dilakukan para bawahan. Inipun bahaya kalau diteruskan walaupun kepemimpinan Walikota Bima Arya tinggal sebentar lagi, karena rakyat juga nanti yang akan menjadi korban,” jelasnya.
Menurut Sugeng, slogan lari juga merupakan lari dari kenyataan. Baliho atau papan reklame bogor runner terpampang. Pantas saja ada status Wakil Walikota Usmar Hariman di media sosial facebook soal olahraga lari yang ditambahkan larilah kemesjid untuk berdoa pada Allah SWT. Kota Bogor ini dipimpin keanomalian, Walikotanya bergaya sedang lari, tanpa wakil. Disisi lain Wakilnya mengkritik acara lari dalam statusnya. “Ya mungkin acara lari itu dirancang pada ruang yang berbeda di balkot, pastinya acara lari dirancang diruang walikota dgn satu tim event organizer mumpuni, diruang lain sang wakil walikota mungkin lagi main gadget karena gak dikasih pendelegasian tugas setidaknya diminta lari lari peresmian ini itu, jadi sang wakil rajin lari kemesjid subuh subuh,” beber Sugeng yang juga Bakal Calon Walikota Bogor ini.
Yang jadi pertanyaan, lanjutnya, ini acara lari kepentingannya apa, apa dampaknya untuk masyarakat, jangka pendek , jangka panjang. Pastinya acara tersebut menyedot anggaran, kalau dianggarkan di APBD mestinya sudah diketahui bersama oleh Wakil Walikota karena menyusun anggaran itu dilibatkan, tapi kenapa Wakil Walikota bikin status bertolak belakang dengan event itu.
“Kalau bukan dari APBD, dari mana itu anggaran, pertanyaan yang sama juga untuk acara memperingati 3 tahun bima usmar beberapa waktu lalu. Yang rame foto Walikota, sedangkan foto Wakil Walikota nyaris tak ada. Terkait anggaran semestinya pemkot peka bahwa ada kebutuhan yang mendasar yang perlu diselesaikan dengan anggaran darimanapun, terakhir walikota kunjungan kerumah yang kena longsor. Adalah bagus kunjungan itu, akan tetapi perlu diketahui longsor setiap tahun terjadi dimana mana di kota bogor tapi tidak juga dapat solusi permanen, hanya ada bantuan terpal dan makanan emergency, selanjutnya terserah anda,” tandasnya.
Juga sarana sarana posyandu dikampung kampung, banyaknya adalah swadaya warga, infrastruktur lingkungan yang masih ada belum dianggarkan, ada lapangan sekedar berolah raga ditepi sungai di sirna sari sudah dikunjungi oleh Walikota kata warga 2 kali tidak juga selesai dikerjakan pengecorannya. Soal Terminal Baranangsiang, ini adalah wajah bopeng yang tidak sempat ditambal oleh pemkot, bahkan terminal bagaikan daerah tak bertuan, pemkot ada tapi disana dikuasai komunitas terminal, mereka yang sibuk sekarang harus melakukan pengerasan dan pengecoran dengan dana swadaya. Ini kota bertuan atau tidak sesungguhnya. Terminal baranang siang adalah fasat kota bogor, didiamkan terlantar tanpa penyelesaian. Sementara pemkot bisa mengusahakan dana mempercantik kota dengan taman, pedestrian dan lawang selapan.
“Mau didaftar lagi mall manajemen kota dalam menata kota. Turun saja kelorong lorong perumahan padat tersebut, yang ada dilerengan kota , daerah aliran sungai warga tidak dididik untuk kelola sampah, sungai jadi bak sampah terbesar didunia. Karena memang tidak disediakan tempat sampah pada wilayah pemukiman dan tidak ada manejemen kelola sampah. Dua kontras wilayah pusat kota indah minus terminal dan kontras pemukiman yang semestinya jadi keprihatihan pimpinan kota ( walkot dan walikota ) adalah cermin psikologis peminpin kota, tidak berempati dan hanya melakukan pencitraab saja,” tutupnya. (boy/01)
Login dulu untuk mengirim komen Login