Di provinsi Jawa Barat, prevalensi gangguan jiwa sebanyak 1,6 per 1.000 penduduk. Untuk Kota Bogor, prevalensi gangguan jiwa tahun 2017 sebanyak 1.170 orang, sedangkan di wilayah Puskesmas Bogor Timur pada tahun 2017 sebanyak 65 orang, dimana hanya 39 orang yang kontak dengan tenaga kesehatan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 Tahun 2016, penderita gangguan jiwa termasuk salah satu dari 12 indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
Salah satu gejala dari gangguan jiwa adalah pemenuhan personal higienis. Kebersihan gigi dan mulut merupakan bagian dari kebersihan diri. Mulut merupakan salah satu jalan utama masuk dan berkembangnya mikroorganisme penyebab penyakit, sehingga sangatlah penting untuk selalu menjaga kebersihannya.
Timbulnya penyakit yang berkaitan dengan gigi seperti karies (gigi berlubang) atau penyakit periodontal infeksi gigi/plak gigi dapat berakibat fatal terkadap kesehatan tubuh dan dapat menyebabkan penyakit sistemik seperti gangguan pada jantung, saluran pernapasan, diabetes, bahkan menyebabkan kelahiran prematur.
Menjaga kesehatan jiwa seluruh masyarakat Indonesia merupakan tugas semua pihak. Tugas keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mengenal adanya penyimpangan awal sedini mungkin.
Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat harus mampu menjadi garda terdepan berperan dalam menjaga kesehatan jiwa anggota keluarganya dan menjadi pihak yang memberikan pertolongan pertama psikologis apabila tampak gejala-gejala yang mengarah pada masalah kesehatan jiwa. Hal ini dapat dilakukan salah satunya melalui penyuluhan tentang kesehatan gigi.
Prioritas untuk kesehatan jiwa adalah mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah Puskesmas dan bekerja bersama masyarakat dalam mencegah meningkatnya gangguan jiwa masyarakat melalui pendekatan keluarga.
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus diadakan atau dikembangkan, yaitu 1) instrumen yang digunakan di tingkat keluarga, 2) komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga, dan 3) keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Pemeriksaan dan Pengobatan
Pasien yang datang ke puskesmas biasanya rutin untuk mengambil obat rutin kepada pemegang progam Kesehatan Jiwa karena Puskesmas Bogor Timur termasuk dalam 12 Puskesmas binaan oleh RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi di Kota Bogor sebagai tim ACT (Accertive Community Treatment), setelah pemeriksaaan dari dokter pemegang kesehatan jiwa dikonsultasikan ke unit UPG (Unit Pengobatan Gigi) untuk dilakukan penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut pada penderita ODGJ.
Kelas Jiwa
Kegiatan kelas jiwa ini diharapkan diikuti oleh semua orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Kegiatan kelas jiwa pada bulan April 2018 diikuti oleh sebanyak 5 orang dengan rincian 2 orang kader kesehatan, 1 orang keluarga ODGJ/ODMK dan 3 orang penderita ODGJ/ODMK yang menderita skizofrenia (gangguan jiwa ringan).
Petugas yang hadir sebanyak 5 orang dengan tugas dan fungsi masing-masing, terdiri dari penanggungjawab lintas program yaitu Gizi, Farmasi, Promosi Kesehatan dan Kesehatan Jiwa sebagai pemangku utama kelas jiwa.
Sasaran penyuluhan kesehatan yaitu mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu biasanya dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.
Materi atau pesan yang disampaikan dalam penyuluhan kesehatan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi atau pesan dapat dirasakan langsung manfaatnya.
Penyuluhan harus berbasis bukti yaitu setiap tindakan memberikan hasil yang efektif yaitu memadukan pendekatan biologis dan penanganan psikososial untuk meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup individu. Penyuluhan yang paling efektif adalah kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan audio visual.
Kelas jiwa dilaksanakan di Ruang Aula Puskesmas Bogor Timur mulai pukul 08.00 sampai 09.30. Pelaksanaan kelas jiwa dilakukan setiap satu bulan sekali dengan sasaran keluarga dan penderita gangguan jiwa. Sumber alokasi dana kelas jiwa dibebankan pada biaya operasional kesehatan.
Kegiatan kelas jiwa lebih difokuskan pada pemberian informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan gigi melalui penyuluhan secara audio visual. Pemilihan metode ini karena diharapkan peserta lebih tertarik mengikuti kelas jiwa selain itu kegiatan ini baru dilakukan sehingga penyuluh ingin melihat respon peserta terlebih dahulu. Dari bentuk respon tersebut penyuluh akan bisa memperkirakan atau menentukan langkah selanjutnya dalam penyuluhan beri
Antusiasme peserta cukup baik dan peserta aktif dalam diskusi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh. Peserta kebanyakan memilliki pengetahuan tentang perawatan kesehatan gigi dasar, baik itu preventif maupun kuratif misalnya berapa kali gosok gigi dalam sehari, rokok menyebabkan sakit gigi, mengkonsumsi cokelat dan permen mengakibatkan gigi berlubang dan mereka menganggap perlu mengunjungi dokter gigi untuk memeriksakan giginya.
Kunjungan Rumah : Inspeksi Dukungan Keluarga dan Kondisi Masalah Gigi dan Mulut
Kunjungan rumah dilaksanakan dan direncanakan sebulan sekali beserta tim lintas progam lain seperti progam Kesehatan Jiwa, Farmasi, Gizi, Promosi Kesehatan dan Kesehatan Keliling untuk dilakukan konseling dan supervisi.
Kunjungan ke rumah penderita ODG/ODMK bersama tim lintas progam lain di Puskesmas Bogor Timur yang dilakukan sebulan sekali, dimana penyuluhan yang sudah dilakukan bisa diterapkan oleh penderita ODGJ/ODMK/ODMK dan pihak keluarganya.
Terlihat antusiasme dari penderita ODGJ untuk dapat meningkatkan derajat kesehatannya dengam didukung oleh pihak keluarganya sendiri.
Kunjungan dan supervisi ke rumah penderita dilakukan sebulan sekali bersama lintas progam sektor lain di Puskemas Bogor Timur. Disini terlihat peran keluarga dalan menangani pasien penderita ODGJ/ODMK
Penutup
Penderita ODGJ/ODMK cukup kooperatif untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan di UPG (Unit Pengobatan Gigi) di Puskesmas Bogor Timur. Memang masih terlihat ketakutan di mata mereka, tapi sangat besar harapan mereka untuk bisa sembuh masalah gigi dan mulutnya.
Diperlukan waktu yang tepat untuk mengunjunginya karena sering penderita ODGJ/ODMK sedang dalam keadaan tidak stabil. Oleh karenanya diperlukan komunikasi yang terbuka terhadap pihak keluarganya. Di sisi pasien yang dikunjungi, mereka merasa senang dan bahagia karena mereka dipedulikan dan tidak ditelantarkan.
(Penulis adalah Dokter Fungsional Puskesmas Bogor Timur, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat)
Login dulu untuk mengirim komen Login