Berita Populer
Aset Berharga Kota Bogor, DPRD Tolak RSUD Diambil Alih Pemprov Jabar

BOGOR – Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor menolak wacana pengalihan pengelolaan RSUD Kota Bogor ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dewan menilai perbaikan manajemen internal lebih mendesak dilakukan ketimbang alih kelola, apalagi di tengah beban utang yang masih ditanggung rumah sakit tersebut.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Bogor, Ence Setiawan, menegaskan pihaknya keberatan jika RSUD dikelola Pemprov Jabar. Menurutnya, hal itu berpotensi mengurangi akses komunikasi cepat antara DPRD dan pihak rumah sakit dalam menangani kebutuhan warga.
“Selama ini, ketika RSUD dikelola Pemkot Bogor, kami mudah meminta bantuan atau pertolongan. Kalau sudah diambil alih provinsi, masih bisa tidak kami komunikasi? Itu yang jadi pertanyaan,” ujar Ence kepada wartawan, Rabu (10/9/2025).
Ence mengatakan, jika anggota DPRD saja kesulitan berkoordinasi dengan pihak RSUD, maka masyarakat tanpa akses politik akan lebih sulit mendapatkan layanan.
Dengan demikian, kata Politisi PDI Perjuangan ini perlunya kajian mendalam sebelum wacana pengalihan pengelolaan dilaksanakan.
Senada, Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor, Endah Purwanti, menilai RSUD sudah menjadi aset penting Kota Bogor yang dibangun bertahun-tahun dengan perjuangan berat.
“Saya berharap RSUD tetap menjadi aset Pemkot Bogor. Kalau Pemprov Jabar mau mendukung, sebaiknya dalam bentuk bantuan, misalnya obat, alat kesehatan, atau kebutuhan lain, bukan mengambil alih pengelolaan,” jelas Endah.
Endah juga menyoroti persoalan keterbatasan obat dan barang habis pakai (BHP) di RSUD. Menurutnya, Komisi IV sudah beberapa kali melakukan rapat bersama manajemen rumah sakit, bahkan menyetujui adanya peningkatan anggaran untuk bantuan obat pada 2026.
“Harapannya bantuan itu bukan untuk menutup utang, tapi lebih pada peningkatan fungsi pelayanan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Endah menyebut RSUD Kota Bogor saat ini tengah berupaya menuju status rumah sakit regional, sehingga juga melayani pasien dari Kabupaten Bogor, Sukabumi, hingga Cianjur. Namun, mayoritas pasien tetap berasal dari Bogor Raya.
Ia menilai manajemen RSUD masih perlu pembenahan, termasuk soal efisiensi sumber daya manusia (SDM). Ia mengaku telah mengirimkan kajian perbaikan manajemen kepada Direktur RSUD.
“Yang kami sarankan adalah efisiensi, tapi bukan berarti pemutusan hubungan kerja. Bisa dengan pengaturan jam kerja atau sistem shift. Kalau efisiensi ini berjalan, distribusi obat yang sekarang terkunci bisa dibuka lagi oleh supplier,” pungkasnya. (Riza)
-
Berita Terbaru4 minggu ago
Mahasiswa KKN UIKA Ajak Ibu-ibu PKK Puspanegara Ubah Minyak Jelantah Jadi Lilin Aromaterapi
-
Berita Terbaru3 minggu ago
Aksi Percobaan Copet di Sempur Viral, Polisi Bekuk Pelaku di Tol Ciawi
-
Berita Terbaru4 minggu ago
Kekurangan Guru dan Kepala Sekolah, 23 SD di Kota Bogor Bakal Dimerger
-
Berita Terbaru4 minggu ago
DPRD Kota Bogor Setuju Merger 23 SD Negeri, Asal Melalui Kajian Matang